Monday, May 19, 2014

Winter in Tokyo by Iliana Tan



Judul         : Winter in Tokyo 
Pengarang : Iliana Tan
Seri           : Musim no 3 (Season #3)
Penerbit    : Gramedia (Grasindo)
Tebal        : 320 halaman
Ukuran     : 20 cm
Kategori   : Metropop, Chick Literature, Romance
Terbitan    : Agustus 2008
Harga        : Rp 58.000
Link          : Gramedia, Goodreads


Kenapa harus takut gelap kalau ada banyak hal indah yang hanya bisa dilihat sewaktu gelap? 
Karena sesuatu yang indah akan terlihat saat gelap.


Pertama kali saya membaca karena tertarik dengan musim dingin dan setting Tokyo-nya yang memang saya suka. Apalagi mendengar teman-teman merekomendasikan buku-buku karangan Iliana Tan. Untuk cerita kelihatannya Illiana Tan selalu senang dengan tokoh-tokoh yang merupakan blasteran dari Indonesia dengan tempat yang menjadi setting novelnya. Begitu pula dengan Ishida Keiko yang adalah blasteran Indonesia dan Jepang.

Si Keiko ini masih terikat pada masa lalu cinta pertamanya yang bernama Kitano Akira yang membuatnya jadi tidak bisa atau tidak tertarik pada orang lain karena masih berharap. Ia tinggal di suatu apartemen (kalau bisa dibilang begitu) yang terdiri dari 4 kamar. Penghuni apartemen lainnya yaitu suami istri Osawa yang juga menjadi pengurus apartemen, Sato Haruka dan Sato Tomoyuki yang adalah kakak beradik, dan pendatang baru Nishimura Kazuto.

Si Nishimura Kazuto adalah seorang photographer ia dulu pernah tinggal di New York bersama dengan keluarganya. Karena kenanggan pahit ditinggalkan oleh orang yang dicintainya yang malah berniat menikah dengan sahabatnya ia melarikan diri ke Jepang. Karena itulah ia jadi tidak mau menjalin hubungan sosial antar tetangga, namun setelah beberapa saat semuanya menjadi cair dan ia akhirnya bisa akrab dengan tetangganya.

Waktu berlalu akhirnya timbulah benih-benih cinta antara Kazuto dan Keiko. Meskipun Keiko sendir masih berusaha untuk menyangkal perasaannya namun Kazuto ingin mengungkapkan perasaannya ini pada Keiko. Naas ia dikeroyok oleh preman-preman sampai babak belur dan mengalami gegar otak yang menyebabkan amnesia.

Si Kazuto sudah lupa pada semua pengalamannya di Jepang dan pada semua penghuni apartemen termasuk cintanya pada Keiko. Kejadian tersebut bertambah rumit saat Keiko menjalin hubungan dekat denga cinta pertamanya si Akira. Plus datangnya Iwamoto Yuri yang dicintai Kazuto untuk menjemputnya kembali ke New York. 

Kedua tokoh utama ini memiliki pemikiran dan kegelisahannya masing-masing. Keiko yang mulai menyadari bahwa sebenarnya ia juga tertarik pada Kazuto namun ternyata Kazuto sudah melupakannya. Sementara itu si Kazuto pun sudah mulai kembali jatuh cinta pada Keiko tapi terhalang oleh keberadaan Akira yang adalah cinta pertama Keiko.

Konflik-konflik inilah yang semakin membuat novel ini menarik sehingga kita tidak dapat menaruhnya jika belum melahapnya sampai habis. Apalagi setting Tokyo yang memang memiliki daya tarik tersendiri dapat dimanfaatkan Illiana Tan dengan baik dengan caranya yang dengan detail menggambarkan kehidupan metropolitan negeri sakura tersebut. Belum lagi bumbu-bumbu humor yang membuat pembaca ikut tertawa.

Novel ini disajikan dengan sudut pandang orang ketiga yang serba tahu sampai ke dalam pikiran masing-masing tokoh di dalamnya. Banyak yang bilang jika membaca novel ini seperti membaca novel luar yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Bukan karena settingnya loh ya, tapi lebih pada pemilihan kata yang digunakan Illiana yang serba baku jadi terlihat kaku, dan kata-kata yang kedengaran aneh dalam bahasa Indonesia namun jika dalam bahasa Inggris mungkin bisa dimaklumi.

Dari tokohnya sendiri Illiana masih belum dapat mengeksplorenya lebih lanjut sehingga baru sebagian sifat tokoh yang terungkap terutama soal obsesinya Keiko terhadap cinta pertamanya. Yang lebih sulit lagi tokoh tersebut kurang memiliki deskripsi fisik yang seharusnya menjadi kunci penting bagi pembaca untuk dapat mengimaginasikan tokoh secara nyata. Hal ini membuat saya membayangkan tokoh-tokoh seperti karakter manga karena settingnya ada di Jepang.

Hal lain yang patut disayangkan adalah penggunaan amnesia yang sepertinya jadi tidak begitu penting karena lagi-lagi kurang tereksplore dengan baik padahal hal ini mungkin bisa menjadi lahan yang jika digarap dengan baik akan menghasilkan buah yang beraneka ragam.

Namun overall saya sangat menikmati membaca cerita ini sebagai bacaan yang ringan dengan setting yang menarik dan tidak terlalu membuat orang banyak berpikir. Mungkin kedepannya bisa di tambahkan detail-detail yang akan membuat pembaca lebih hanyut saat menbacanya.

Nice and entertaining story.

No comments:

Post a Comment